Pembelajaran Mendalam (PM): Bukan Kurikulum Baru, Tapi Cara Baru Memaknai Pembelajaran

Daftar Isi

Assalamaualaikum Wr. Wb.

Halo sahabat GTK Semua, salam sehat dan bahagia.

Pada postingan kali ini saya ingin mengajak Anda untuk sama-sama mencari tahu apa itu Pembelajaran Mendalam (PM) pada Kurikulum.

Pembelajaran Bukan Kurikulum Baru


Dalam perjalanan pendidikan Indonesia, kita sering menyaksikan perubahan-perubahan yang terlihat besar di permukaan: pergantian istilah, revisi kurikulum, serta munculnya format administrasi yang baru. Setiap kali ada kebijakan baru, tidak jarang guru merasa terbebani oleh tuntutan administrasi yang semakin rumit. Akibatnya, pembaruan pendidikan sering direspons sebagai tumpukan tugas, bukan sebagai peluang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

administrasi kurikulum berubah


Di sinilah sering terjadi salah kaprah.Banyak yang mengira bahwa setiap pembaruan pendidikan adalah pergantian kurikulum, perubahan format, atau sekadar pekerjaan kertas. Padahal, esensi dari pembelajaran sesungguhnya terletak pada bagaimana guru memaknai proses belajar bersama siswa.

Pembelajaran Mendalam (PM) hadir bukan sebagai kurikulum baru.Ia tidak mengganti apa yang sudah ada, tetapi mengajak kita untuk kembali ke makna sejati belajar: menghargai siswa, membangun suasana yang menggembirakan, dan menghadirkan pembelajaran yang sungguh-sungguh bermakna.

Pembelajaran Mendalam (PM) Bukan Kurikulum Baru

Hal pertama yang harus dipahami dengan tegas:

Pembelajaran Mendalam (PM) bukan kurikulum baru

Kurikulum yang digunakan tetap sama. Struktur tetap berjalan seperti yang sudah berlaku dengan sedikit penyesuaikan. Capaian pembelajaran tetap berlaku dengan sedikit penyesuaikan. Yang berubah adalah cara guru dan siswa memaknai, menghayati, dan melaksanakan pembelajaran.

Banyak pendekatan lama seperti CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan), PAIKEM, hingga CTL (Contextual Teaching and Learning) sudah lama diperkenalkan. Namun dalam praktiknya, sering kali berhenti pada level prosedur tanpa menyentuh makna yang dalam.

Pembelajaran Mendalam menghidupkan kembali pendekatan-pendekatan ini.

Bukan dengan istilah baru, tapi dengan cara berpikir baru.

Menghidupkan Kembali Pendekatan Lama

1. CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)

Dalam praktik lama, CBSA sering hanya dipahami sebagai aktivitas fisik siswa seperti diskusi atau bertanya.

Pembelajaran Mendalam memperluas makna keaktifan menjadi aktif berpikir, aktif merasa, aktif mencipta, dan aktif membangun makna secara sadar.

2. PAKEM/PAIKEM

PAKEM dan PAIKEM mendorong pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan.

Pembelajaran Mendalam memastikan bahwa kemenyenangan dalam belajar bukan sekadar bermain, melainkan membentuk pengalaman yang menggugah rasa ingin tahu dan membangun pemahaman mendalam.


3. CTL (Contextual Teaching and Learning)

CTL mendorong pembelajaran berbasis konteks dunia nyata.

Dalam Pembelajaran Mendalam, konteks tidak hanya menjadi contoh, tetapi menjadi pengalaman langsung yang membentuk keterampilan hidup dan karakter.

 

Pola Pikir Lebih Penting dari Keterampilan Administrasi

Seringkali yang menjadi fokus dalam penerapan pembaruan adalah membuat administrasi yang sesuai format. Namun dalam Pembelajaran Mendalam, yang lebih penting adalah mengubah pola pikir.

GROWTH MINDSET

Mengapa pola pikir lebih penting?

Tanpa pola pikir yang benar, administrasi hanya formalitas. Guru mungkin sibuk membuat RPP, tetapi proses belajar tetap kaku dan berjarak dari siswa.

Dengan pola pikir yang benar, administrasi menjadi alat hidup. Guru menyusun rencana pembelajaran dengan hati dan kesadaran untuk memuliakan siswa.

Pola pikir yang harus diubah:

 Dari: "Bagaimana memenuhi kelengkapan administrasi?"

 Menjadi: "Bagaimana saya membangun pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa?"


Dari: "Bagaimana saya mengikuti format?"

Menjadi: "Bagaimana saya menghadirkan suasana belajar yang menggembirakan dan memuliakan?"


Dari: "Yang penting saya mengajar materi."

Menjadi: "Yang penting siswa saya paham, bahagia, dan mampu menerapkannya dalam hidup."


Prinsip Pembelajaran Mendalam

Prinsip:

  1. Berkesadaran
  2. Bermakna
  3. Menggembirakan

Ketiga prinsip pembelajaran tersebut di atas dilaksanakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa dan olah raga. Dalam pandangan Ki Hajar Dewantara, keempat upaya tersebut adalah bagian integral dari pendidikan yang membentuk manusia seutuhnya.



Kesimpulan: Fokus pada Makna, Bukan Format

Pembelajaran Mendalam bukan dokumen baru, bukan format baru, dan bukan kurikulum baru.

Ini adalah perubahan cara berpikir, perubahan cara memaknai, dan perubahan cara menghidupkan pembelajaran.

Tanpa perubahan pola pikir, format apapun hanya menjadi kewajiban administratif. Tetapi dengan pola pikir yang memuliakan peserta didik, setiap pembelajaran akan hidup, meskipun tanpa format yang rumit.

Mari bergerak bersama. Bukan untuk mengganti, tetapi untuk memaknai kembali.

Bukan untuk menambah beban, tetapi untuk menghidupkan kembali esensi belajar yang manusiawi dan bermakna.


Sumber Reverensi:

1. Naskah Akademik Pembelajaran Menalam Tahun 2025
2. Chat GPT
3. FB Fatur https://www.facebook.com/fatkoer

Nir Singgih
Nir Singgih Seorang operator sekolah yang ingin berpartisipasi memajukan pendidikan dengan membantu Bapak/Ibu Guru membuat administrasi dan menyajikan data valid.

Posting Komentar